Cari Blog Ini

Senin, 28 Juni 2010

Pacaran Bukanlah media untuk membuktikan rasa Cinta


Pacaran Bukanlah media untuk membuktikan rasa Cinta

"Barang siapa yang mencintai sesuatu karena Allah dan membencinya (juga) karena Allah, maka sungguh imannya itu telah
sempurna (H.R. Abu Dawud)

Ketika
cinta disalah artikan oleh remaja maka muncullah SISI LAIN DARI CINTA,yang
sebenarnya itu bukan CINTA tapi rangkaian atau siklus NAFSU syaitan yang
bertopeng menjadi cinta.Cinta bukanlah nafsu, juga nafsu bukanlan cinta.
Cinta tetaplah Cinta. Dan dia tdk bisa jadi apa-apa CINTA adalah keikhlasan
yang tak dapat dibagi-bagi dan jika ingin berbicara tentang cinta maka harus merujuk pada AL-QUR'AN dan AS-SUNNAH.

Melihat kecenderungan aktifitas pasangan muda yang berpacaran, sesungguhnya sangat sulit untuk mengatakan bahwa pacaran itu adalah media untuk saling mencinta satu sama lain. Sebab sebuah cinta sejati tidak berentu sebuah perkenalan singkat, misalnya dengan bertemu di suatu kesempatan tertentu lalu saling bertelepon, tukar menukar SMS, chatting dan diteruskan dengan janji bertemua langsung.

Semua bentuk aktifitas itu sebenarnya bukanlah aktifitas cinta, sebab yang terjadi adalah kencan dan bersenang-senang. Sama sekali tidak ada ikatan formal yang resmi dan diakui. Juga tidak ada ikatan tanggung-jawab antara mereka. Bahkan tidak ada ketentuan tentang kesetiaan dan seterusnya.

Padahal cinta itu memiliki, tanggung-jawab, ikatan syah dan sebuah harga kesetiaan. Dalam format pacaran, semua instrumen itu tidak terdapat, sehingga jelas sekali bahwa pacaran itu sangat berbeda dengan cinta.

Pacaran Bukanlah Penjajakan / Perkenalan

Bahkan kalau pun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan penjajakan, perkenalan atau mencari titik temu antara kedua calon suami istri, bukanlah anggapan yang benar. Sebab penjajagan itu tidak adil dan kurang memberikan gambaran sesungguhnya dari data yang diperlukan dalam sebuah persiapan pernikahan.

Dalam format mencari pasangan hidup, Islam telah memberikan panduan yang jelas tentang apa saja yang perlu diperhitungkan. Misalnya sabda Rasulullah SAW tentang 4 kriteria yang terkenal itu.

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,”Wanita itu dinikahi karena 4 hal :
[1] hartanya,
[2] keturunannya,
[3] kecantikannya dan
[4] agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat. (HR. Bukhari Kitabun Nikah Bab Al-Akfa’ fiddin nomor 4700, Muslim Kitabur-Radha’ Bab Istihbabu Nikah zatid-diin nomor 2661)

Selain keempat kriteria itu, Islam membenarkan bila ketika seorang memilih pasangan hidup untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang tidak mungkin diceritakan langsung oleh yang bersangkutan. Maka dalam masalah ini, peran orang tua atau pihak keluarga menjadi sangat penting.

Inilah proses yang dikenal dalam Islam sebaga ta’aruf. Jauh lebih bermanfaat dan objektif ketimbang kencan berduaan. Sebab kecenderungan pasangan yang sedang kencan adalah menampilkan sisi-sisi terbaiknya saja. Terbukti dengan mereka mengenakan pakaian yang terbaik, bermake-up, berparfum dan mencari tempat-tempat yang indah dalam kencan. Padahal nantinya dalam berumah tangga tidak lagi demikian kondisinya.

Istri tidak selalu dalam kondisi bermake-up, tidak setiap saat berbusana terbaik dan juga lebih sering bertemua dengan suaminya dalam keadaan tanpa parfum. Bahkan rumah yang mereka tempati itu bukanlah tempat-tempat indah mereka dulu kunjungi sebelumnya. Setelah menikah mereka akan menjalani hari-hari biasa yang kondisinya jauh dari suasana romantis saat pacaran.

Maka kesan indah saat pacaran itu tidak akan ada terus menerus di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dengan demikian, pacaran bukanlah sebuah penjajakan yang jujur, sebaliknya sebuah penyesatan dan pengelabuhan.

Dan tidak heran kita dapati pasangan yang cukup lama berpacaran, namun segera mengurus perceraian belum lama setelah pernikahan terjadi. Padahal mereka pacaran bertahun-tahun dan membina rumah tangga dalam hitungan hari. Pacaran bukanlah perkenalan melainkan ajang kencan saja.

3 komentar:

  1. Namun seringkali pacaran dianggap sebuah media untuk menumpahkan rasa cinta yang terlalu berlebihan dan mengumbar harapan yang tidak mendasar. Contohnya. Ketika pacaran kita seringkali tidak menyadari bahwa pacar kita adalah seseorang yang belum tentu jodoh kita. Karena itu kita bijaknya tidak lantas mengumbar perasaan terlalu jauh, sampai-sampai berkomitmen hidup mati. Padahal secara legal formal itu merupakan komitmen yang tidak mendasar, karena belum menikah. Berbeda kiranya bila kita sudah menikah, maka kita sudah harus bertanggung jawab sepenuhnya dan mencintai sepenuhnya. Itulah yang menyebabkan mengapa kebanyakan pasangan suami istri kehilangan moment percintaan mereka dan cenderung dingin setelah menikah. Karena mereka sudah sangat puas merasakan madunya cinta sebelum menikah dan merasa pernikahan adalah garis finis dari masa romantis mereka. Kondisi demikianlah yang membuat Pacaran hanya menjadi ajang meluapkan rasa penasaran anak muda yang beranjak puber dan ingin lebih tau apa rasanya cinta.

    BalasHapus
  2. Kita sebagai insan jangan menilai kata cinta dr satu sisi, bisa saja kita mencintai tuhan kita, keluarga kita, saudara, n sesama mahluk hidup.salah satunya jika kita mencintai pasangan kita sewaktu masih pacaran maka yakinkanlah diri kita untuk menuju kebahtera pernikahan, urusan kita jodoh at tidaknya dengan pcr kita itu hanya Allah yang tau??
    Kita hanya bisa berusaha n mempertahankan hubungan yang ada n jika suatu hari Allah meridohi n mempersatukan kita dngn pcr kita menjadi suami istri maka jngn pernah berfikir jika itu adalah finish dr percintaan melainkan awal dr suatu tanggungjawab untuk kita kelak mempertanggungjawabkan amanah cinta yang telah Allah berikan untuk suami/istri n kluarga kita..

    BalasHapus